Lokakarya dan Pendampingan Penulisan Mekanisme Pengaduan (Grievance Mechanism) bagi Pekerja di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)

10 Maret 2025, Bahodopi – Aksi Ekologi & Emansipasi Rakyat (AEER) bekerja sama dengan Serikat Pekerja Industri Morowali (SPIM) mengadakan lokakarya dan pendampingan penulisan Mekanisme Pengaduan bagi buruh dan warga sekitar di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Kegiatan ini berlangsung pada 25–26 Februari 2025 di Bahodopi dan diikuti oleh 34 peserta, yang merupakan buruh dari berbagai perusahaan di dalam Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

 

 

Kegiatan ini difasilitasi oleh Arianto Sangaji, yang memberikan pengantar kepada peserta lokakarya mengenai transisi energi global menuju energi bersih, yang semakin meningkatkan permintaan akan mineral kritis seperti nikel. Indonesia, sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, juga menjadi penghasil tambang dan nikel olahan terbesar secara global.

 

Dalam sepuluh tahun terakhir, aktivitas penambangan, pengolahan nikel, pembangunan kawasan industri, serta Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara di Indonesia mengalami peningkatan pesat dan masif, didorong oleh investasi mayoritas dari Tiongkok. Namun, perkembangan ini juga membawa dampak sosial dan lingkungan yang signifikan, termasuk berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pekerja/buruh di kawasan IMIP.

 

Lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran buruh di Kawasan IMIP terhadap hak-hak mereka. Selain itu, melalui kegiatan ini, para buruh mengidentifikasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi terkait pelanggaran hak-hak pekerja. Mereka juga didorong untuk menyusun mekanisme pengaduan melalui kanal yang tersedia, agar aspirasi dan keluhan mereka dapat didengar oleh perusahaan serta para pemangku kepentingan terkait.

 

 

Berdasarkan hasil diskusi partisipatif dengan seluruh peserta, teridentifikasi beberapa permasalahan yang dialami oleh pekerja di Kawasan IMIP, antara lain:

  1. Upah yang tidak sebanding dengan tuntutan pekerjaan dan tingginya risiko kerja
  2. Kurangnya kelengkapan peralatan kerja, seperti Alat Pelindung Diri (APD), termasuk masker dan seragam bagi pekerja yang bekerja di area dengan tingkat debu tinggi dan suhu panas ekstrem
  3. Jadwal kerja yang padat, yang berdampak pada kesehatan dan keselamatan pekerja
  4. Minimnya fasilitas toilet di tempat kerja serta keterbatasan air bersih bagi pekerja
  5. Pelanggaran hak-hak pekerja perempuan, termasuk ketidakadilan dalam lingkungan kerja
  6. Berbagai permasalahan lain yang berdampak pada kesejahteraan dan keselamatan pekerja di kawasan IMIP

 

 

Setelah mengidentifikasi berbagai permasalahan, para pekerja mengusulkan beragam solusi dan harapan untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Kegiatan ini merupakan bagian dari pengembangan kapasitas pekerja di Kawasan IMIP, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengidentifikasi permasalahan, serta mengajukan pengaduan kepada pemangku kepentingan yang relevan guna memperoleh solusi yang tepat.

 

Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mendukung pekerja dan masyarakat lokal yang terdampak oleh transisi mineral kritis sebagai bagian dari transisi energi. Dengan demikian, mereka dapat berpartisipasi aktif dalam proses transisi energi yang adil dan berkelanjutan.

Share this article :

Aksi Ekologi & Emansipasi Rakyat berjuang memperluas ruang demokrasi dalam pengelolaan SDA berkelanjutan & membangun kesadaran ekologi politik rakyat.

Ikuti kami di sosial media!

Informasi & Kontak

Copyright 2025 © All Right Reserved Design by Aksi Ekologi & Emansipasi Rakyat