Kepulauan Energi Terbarukan:
Respons Daerah-daerah atas PLTU Batubara

Indonesia sendiri memiliki komitmen untuk mengurangi gas emisi pada 2030 menjadi 31,89% (dengan usaha sendiri) dan 43,20% (dengan dukungan internasional). Komitmen ini lebih ambisius dibanding Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2021 yang hanya 29% usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional. Artinya, pemerintah menargetkan penurunan emisi sebesar 116 juta ton CO2e. Dengan ambisi ini, pemerintah harus memensiunkan 18 PLTU paling lambat 2030, kemudian 39 PLTU berikutnya pada 2031-2040 dan sisanya sebanyak 15 PLTU di rentang 2040-2045


Isu pensiun dini PLTU batu bara sebenarnya hanya satu dari banyak isu lingkungan yang penting untuk disorot oleh media-media di Indonesia. Sayangnya, perspektif ini belum mendapat tempat khusus baik di ruang-ruang redaksi maupun menjadi perhatian masyarakat secara umum. Padahal, masyarakat adalah lapisan pertama yang langsung merasakan dampak dari menurunnya kualitas lingkungan hidup seperti tercemarnya air, udara, hingga tanah. 


Antologi “Kepulauan Energi Terbarukan: Respons Daerah-daerah atas PLTU Batubara” ini berisi 12 artikel panjang dari 10 jurnalis yang membahas dampak PLTU batu bara di berbagai daerah di Indonesia. Melingkupi Pulau Jawa seperti Indramayu, Pelabuhan Ratu, dan Suralaya, juga di berbagai daerah yang gaung permasalahannya jarang terdengar seperti Aceh, Sumatera Selatan,  Kalimantan Timur, hingga Maluku Utara. Antologi ini merupakan wadah bagi jurnalis komunitas dan media lokal untuk bercerita mengenai dampak PLTU batu bara terhadap tempat tinggal mereka yang tidak hanya merusak lingkungan, tapi juga menurunkan kualitas kehidupan masyarakat sekitar, bahkan hingga menyebabkan korban jiwa.


Liputan mendalam para jurnalis banyak bercerita mengenai realitas kehidupan yang jauh dari hingar-bingar ibu kota. Para nelayan kesulitan mendapat ikan karena laut tercemar, petani kesulitan bercocok tanam akibat lahan pertanian yang tertutup debu, serta anak-anak yang harus menderita ISPA berkepanjangan. Saat ini, barangkali tidak semua dari kita merasakannya langsung, namun jika kita tidak melakukan apa-apa, tak lama lagi realitas ini menjadi milik kita semua.


Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) ingin mendorong peran jurnalis dan media-media di Indonesia untuk turut berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran urgensi pensiun dini PLTU batu bara hingga kemudian beralih menuju energi terbarukan. Kedua hal ini membutuhkan kebijakan dan pendanaan yang ambisius dari pemerintah juga swasta. Media berperan penting dalam menyampaikan realitas yang ada di masyarakat untuk menjadi pertimbangan pengambil kebijakan. 

Share this article :

Aksi Ekologi & Emansipasi Rakyat berjuang memperluas ruang demokrasi dalam pengelolaan SDA berkelanjutan & membangun kesadaran ekologi politik rakyat.

Ikuti kami di sosial media!

Informasi & Kontak

Copyright 2024 © All Right Reserved Design by Aksi Ekologi & Emansipasi Rakyat