Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, khususnya pembakaran bahan bakar fosil, telah menyebabkan dampak dramatis pada pola cuaca global. Menghadapi urgensi mengurangi emisi gas rumah kaca, Indonesia meningkatkan target penurunan emisi hingga 41%, dengan bermitra dalam Just Energy Transition Partnership (JETP). Kemitraan ini melibatkan pendanaan kolaboratif dan pembentukan Sekretariat JETP, menandai komitmen serius Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.

Studi lapangan mencakup tiga lokasi, termasuk PLTU Cirebon 1 yang akan mengalami pensiun dini melalui energy transition mechanism (ETM). Evaluasi dilakukan terhadap keadilan dan transparansi proses ini, mempertanyakan kesesuaian perencanaan dan implementasi dengan prinsip transisi energi yang adil. Proyek pembangkit energi baru dan terbarukan di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur juga menjadi fokus studi untuk membandingkan proyek yang didanai oleh ADB dengan proyek independen perusahaan Indonesia, dengan penekanan pada aspek partisipatif dan demokratis.

Temuan lapangan menyoroti kekurangan dalam skema pensiun dini PLTU Cirebon, terutama dalam memenuhi prinsip kesetaraan dan transparansi di tingkat masyarakat. Warga terdampak dan aktivis lingkungan belum terlibat dalam perencanaan, bahkan tidak mengetahui rencana penghentian operasional PLTU. Di sisi lain, penerimaan positif ditemukan di Selong NTB dan Oelpuah NTT terkait infrastruktur energi terbarukan, menekankan pentingnya transparansi dan komunikasi antara pelaksana proyek dan komunitas. Partisipasi masyarakat secara kolaboratif dalam diskusi mengenai transisi energi menjadi krusial untuk memastikan kepentingan dan pandangan mereka terakomodasi secara inklusif.