BRI telah memenangkan Sustainable Finance Award pada Juli 2023. Penghargaan ini diberikan oleh Global Finance, sebuah majalah keuangan yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat. Setiap tahunnya Global Finance memberikan penghargaan “Sustainable Finance Awards: Asia Pacific”, penghargaan ini diberikan kepada Lembaga Jasa Keuangan yang menjadi pionir keuangan berkelanjutan di Asia-Pasifik. BRI memenangkan Sustainable Finance Awards untuk kategori negara Indonesia sebab BRI dianggap sebagai LJK yang menjadi pionir keuangan berkelanjutan di Indonesia. Tahun ini juga, BRI memenangkan beberapa penghargaan terkait keberlanjutan, yaitu “Best Issuer for Sustainable Finance” dan “Best Sustainability Linked Loan” dalam ajang dalam ajang The Asset Triple A Country Award di Hongkong. Namun, di balik jejeran penghargaan yang diterima BRI, masih terdapat catatan kelam pembiayaan energi fossil di dalam negeri.
Salah satu bentuk nyata dari suatu Bank mengimplementasikan keuangan berkelanjutan atau tidak dapat dilihat dari portofolio hijau yang dimiliki oleh bank tersebut. Bank BRI sebagai bank di Indonesia yang memiliki aset terbesar, memiliki pembiayaan hijau pada tahun 2022 sebesar Rp78,8 triliun atau hanya sebesar 7,7% dari total kredit BRI, dimana Rp7,1 triliun adalah pembiayaan untuk proyek energi terbarukan. BRI juga memiliki inisiatif keuangan berkelanjutan lain yaitu Sustainability Linked Loan (SLL). Sustainability Linked Loan adalah sebuah skema pinjaman yang memberikan insentif kepada kreditur, dimana insentif tersebut diberikan berdasarkan Sustainability Performance Targets (SPTs), apabila kreditu memenuhi target SPTs ini maka kreditur akan mendapatkan suku bunga preferensial, jika tidak memenuhi target SPTs, maka kreditur akan mendapatkan sanksi marjin.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 51/2017 mengenai Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik, tidak menyertakan klausa bahwa bank-bank di Indonesia wajib mengungkapkan besar pembiayaan energi terbarukan dan tidak terbarukan, apalagi pembiayaan batu bara.
Untuk bank-bank di Indonesia yang memiliki aset terbesar selain BRI, yaitu Bank Mandiri, BCA, dan Bank BNI. Bank Mandiri sudah membeberkan portofolio energi terbarukan mereka sebesar Rp6,14 triliun. Kemudian, BCA menyebutkan pembiayaan energi terbarukan sebesar Rp2,09 triliun, BNI juga menyebutkan pembiayaan energi terbarukannya yang sebesar Rp10,87 triliun. Meski demikian, ketiga bank tersebut tidak mengungkapkan jumlah dari pembiayaan non-renewable mereka. Artinya, dari seluruh bank dengan aset terbesar di Indonesia, hanya BRI yang sudah mengungkap besaran pembiayaan non-renewable.
Pada Juli 2022, BRI menerbitkan Obligasi Hijau (Green bond) fase I dan mendapatkan hasil sebesar Rp5 triliun. Obligasi hijau telah membiayai pembiayaan energi terbarukan sebesar Rp2.512 triliun pada tahun 2022 atau sekitar 50,35% dari total alokasi obligasi hijau BRI. Diperkirakan melalui alokasi dari obligasi hijau ini dapat mengurangi emisi GRK sebesar 2.468.412 Ton CO2eq. Jenis proyek yang disalurkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Jumlah pembiayaan yang dialokasi dari obligasi hijau ke energi terbarukan mencapai Rp3,99 triliun.
Meski BRI telah memiliki beberapa inisiatif di bidang keuangan berkelanjutan, bukan berarti BRI tidak memiliki catatan hitam dalam pembiayaan yang telah dilakukannya. Berdasarkan data Global Coal Exit 2021, diantara bank-bank di Indonesia, Bank Mandiri, BNI dan BRI memiliki jumlah pembiayaan batu bara yang cukup signifikan dengan Bank Mandiri sebesar US$1.662 juta, BNI sebesar US$642, dan BRI sebesar US$698 juta, dari bulan Januari 2019 sampai dengan November 2021. Meski pun, pembiayaan batu bara masih berada di bawah 1% dari total portofolio BRI.
Pembiayaan energi yang tidak dapat diperbaharui adalah sebesar Rp21 triliun sedangkan pembiayaan energi terbarukan BRI adalah sebesar Rp7,1 triliun, perbandingan antara pembiayaan energi terbaru dan pembiayaan energi yang tidak bisa diperbaharui masih jauh 1:3.
BRI disebut-sebut telah membiayai proyek smelter aluminium, yang mana smelter tersebut masih menggunakan menggunakan PLTU batu bara untuk operasional. Artinya, PLTU batu bara baru akan dibangun untuk mendukung smelter aluminum. Menurut data dari Market Force, BRI telah memberikan pinjaman US$450 juta (sekitar Rp6,76 triliun) kepada anak usaha Adaro, yaitu perusahaan smelter Kalimantan Aluminium Industry dan perusahaan PLTU batu bara Kaltara Power Indonesia.
Usai memenangkan Sustainable Finance Award, BRI seharusnya membuat komitmen lebih kuat untuk tidak membiayai batu bara. BRI harus berkaca pada Bank Muamalat yang sudah berkomitmen untuk tidak membiayai proyek batu bara sejak 2018. Selain itu, sejumlah bank di Singapura seperti UOB, OCBC, dan DBS sudah berkomitmen untuk tidak lagi membiayai proyek batu bara. Bank BRI sebagai bank yang memiliki aset terbesar di Indonesia dapat mengikuti langkah yang telah dibuat bank-bank Singapura sehingga penghargaan Sustainable Finance Award tidak hanya menjadi penghargaan semata, tetapi juga bisa mendorong BRI untuk keluar dari pembiayaan batu bara dan mendorong BRI untuk terus melakukan inovasi di bidang keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Copyright 2024 © All Right Reserved Design by Aksi Ekologi & Emansipasi Rakyat